Senin, 15 Desember 2008

Menang karena Pandai, Bukan karena Berkuasa

Menang karena Pandai, Bukan karena Berkuasa
Oleh Onno W Purbo

TEKNOLOGI informasi (TI) merupakan alat bantu yang sangat efektif bagi seseorang, sebuah institusi atau sebuah negara, jika mereka bertumpu pada kekuatan otaknya dan bukan pada kekuasaan, jabatan, kekayaan, kekuatan otot semata. Namun, dengan hanya memiliki rakyat berpendidikan tinggi kurang dari lima persen, sulit bangsa Indonesia untuk menang berkompetisi di era globalisasi yang berbasis informasi dan pengetahuan; sekalipun dibantu oleh komputer secanggih apa pun.Dalam kebijakan nasional, teknologi informasi menjadi kunci dalam dua hal, efisiensi proses dan memenangkan kompetisi. Andaikan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mau berkata, "Urusan KTP, perizinan, surat tanah harus dapat selesai dalam waktu 15 menit, tanpa perantara dan transparan" sebuah parameter kontrol efisiensi proses yang ekstrem. Alat bantu TI akan mendorong e-Government dan efisiensi proses. Sialnya, alat bantu TI tidak ada artinya kalau kualitas dan budaya SDM yang ada di belakangnya kurang baik.
Political will Abdurrahman Wahid dan Mendiknas A Yahya Muhaimin untuk menyatakan "40 persen tenaga kerja harus berpendidikan tinggi" secara taktis diimplementasikan dengan "memasukan TI sebagai kurikulum wajib sejak SD" menjadi dasar memperkuat kemampuan bangsa dan memenangkan kompetisi di era globalisasi.
Infrastruktur akses ke dunia informasi kunci keberhasilan implementasi pernyataan politik di atas. Semua jadi bagian integral Gerakan Nasional Telematika (genetika@yahoogroups.com) yang dicanangkan Luhut dan Hikam akhir Januari 2001.
Linux berbahasa Indonesia
TI mempergunakan bahasa Indonesia sempat disentil Abdurrahman Wahid, meskipun pernyataannya tentang hal itu sudah basi, terutama bagi kami yang memakai sistem operasi Linux. Tanpa diminta beberapa aktivis Linux berjibaku mengembangkan TI berbahasa Indonesia. Mereka terutama di motori I Made Wiryana dan kakaknya Wayan dari Trustix http://www.trustix.co.id.
Trustix Merdeka (http://merdeka.trustix.co.id) adalah Linux karya Trustix untuk bangsa Indonesia dan mempergunakan bahasa Indonesia pula. CD Trustix Merdeka dibahas dan disebarkan gratis di majalah InfoLinux (http://www.infolinux. co.id) edisi Februari 2001. InfoLinux digerakan oleh komunitas Linux berpemegang saham 50 orang.
Selain Made dan Wayan, banyak aktivis Linux Indonesia yang berkiprah untuk negeri ini, misalnya, aktivis yang tergabung dalam Linux Documentation Project (LDP) menerjemahkan berbagai naskah dan dokumentasi seperti HOWTO ke dalam bahasa Indonesia. Aktivitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI) bisa dibaca pada http:// www.linux.or.id, sedangkan Tim Pandu http://pandu.dhs.org dengan gigih menyosialisasikan Linux berbentuk naskah, tulisan dan buku berbahasa Indonesia yang disebarkan gratis. Sebagian besar istilah TI sudah di-Indonesiakan sejak tiga tahun lalu oleh Pusat Bahasa yang berlokasi di sekitar Rawamangun, Jakarta.
Linux menarik bagi warnet (warung Internet), karena memungkinkan penggunaan komputer tua yang masing menggunakan prosesor 286, 386, dan 486 sebagai terminal murah tanpa disket dan hard disk untuk akses Internet, seperti dilakukan Warnet Pointer Umar@pointer.web. id di Medan. Selain itu Linux memungkinkan server, peralatan komunikasi tanpa kabel dibuat sendiri di Indonesia seperti dilakukan oleh teman-teman warnet di Makassar, Medan, Bandung, Malang, Yogya, dan lain-lain.
Linux merupakan fenomena yang luar biasa, seperti desa mengepung kota, kaum lemah, bersatu saling tolong mengembangkan perangkat lunak Linux. Semua program (source code) dibuka dan disebarkan secara gratis melepaskan hak ciptanya untuk kepentingan publik sehingga semua orang bisa belajar karena tidak ditutupi, sebuah pengorbanan yang luar biasa.
Linux secara legal bisa digunakan begitu saja secara gratis dan tidak perlu membajak piranti lunak. Predikat memalukan yang melekat pada bangsa Indonesia sebagai 10 negara pembajak piranti lunak terbesar di dunia tidak perlu disandang dengan menggunakan sistem operasi ini bagi yang tidak mampu membeli sistem operasi dari Microsoft.
Akses ke dunia informasi
Akses ke dunia informasi dan pengetahuan menjadi rintangan nyata maupun psikologis. Secara psikologis, banyak guru, kepala sekolah dan yayasan memperoleh persepsi bahwa Internet, komputer adalah mahal dan merusak akhlak. Banyak guru kurang berminat pada hal baru seperti komputer. Tak terpikirkan hal positif dari benda-benda tersebut, seperti pisau: komputer dan Internet bisa bermata dua.
Konsep warnet yang diimplementasi di SMK oleh Dikmenjur (Direktorat Menengah Kejuruan) (dikmenjur@yahoogroups. com) membuktikan keberhasilan mengintegrasikan 400+ SMK di seluruh Indonesia sebagian secara swadaya masyarakat. Siswa menanggung beban sangat rendah Rp 1000 per siswa per bulan untuk akses e-mail Internet seperti di SMKN 1 Ciamis. Artinya teknologi informasi dan akses Internet dapat menjadi fasilitas swadana di sekolah. Investasi fasilitas Rp 20 juta-50 juta per sekolah bisa kembali dari iuran siswanya sendiri dalam waktu satu-1,5 tahun saja.
Pendidikan jarak jauh menjadi mungkin, jaringan 20+ perpustakaan digital telah berkembang oleh Indonesia Digital Library Network http://idln.itb. ac.id dan Indonesia CyberLibrary Network i_c_s@yahoogroups.com. Pemerataan pengetahuan, pemenuhan hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan berperan di dunia informasi seperti di tuangkan dalam Ketetapan (Tap) MPR Nomor XVII/MPR/1998 dipenuhi tanpa perlu berhutang pada Bank Dunia, ADB, dan IMF.
Dunia pendidikan paling strategis karena masa depan bangsa di tentukan oleh anak bangsa yang pandai bukan yang berotot dan berkuasa. Massa orang pandai dan menggunakan Internet pada hari ini hanya dua juta orang (menurut APJII). Dengan kekuatan satu persen saja, Indonesia akan dilibas oleh negara tetangga di era globalisasi. Strategi sederhana harus digalakkan, jumlah SMU, SMK, pesantren, dan PTS, di seluruh Indonesia hanya sekitar 25.000 buah.
Dephub (Departemen Perhubungan) Postel (Pos dan Telekomunikasi) harus berani mengambil inisiatif kebijakan untuk memaksa mekanisme Universal Service Obligation (USO) untuk mengorbankan 25.000 saluran telepon dari 10 juta total saluran yang ada untuk memandaikan anak bangsa. Di samping, membebaskan frekuensi ISM band 2.4GHz dan 5.8GHz. Jika di tunjang kemudahan dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bea dan Cukai, PMA, pajak, dan lain-lain. Bukan mustahil lima tahun lagi ada sekitar 20 juta (10 persen) bangsa ini menjadi pandai dan harus diperhitungkan oleh masyarakat internasional dalam kompetisi era globalisasi.
Perjuangan di akses Internet terutama akan bertabrakan dengan Telkom dan KSO-nya serta pengatur frekuensi di negara ini. KSO Telkom secara semena-mena telah menaikkan biaya langganan menerima telepon (dial-in) menjadi Rp 300.000 per bulan (dari Rp 30.000 per bulan) bagi ISP di Bali, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, tanpa persetujuan pemerintah dan DPR. Hal ini akan mematikan akses informasi dan pengetahuan bagi sebagian bangsa ini.
Konsekuensinya, beberapa rekan di Koperasi Warnet Bandung (Kowaba), Asosiasi Warnet Surabaya, Yogyakarta, Malang, dan kota lain yang kreatif melalui asosiasi-warnet@yahoogroups.com bahu membahu bekerja sama membangun Warnet Broadband karena sangat sulit dan mahal sekali menyewa leased line broadband ISDN maupun DSL 1-2Mbps dari Telkom.
Fenomena "dotcom"
Dengan berkembangnya akses dan massa pengguna Internet di Indonesia, memicu perkembangan usaha pada Internet yang kita kenal sebagai dotcom.
Kehancuran dotcom di awal tahun 2000 menjadi pelajaran bagi banyak dotcommers di dunia. Model bisnis yang baik mengurangi kebakaran modal yang selama ini menjadi ciri banyak dotcommers.
Dengan model bisnis yang tepat dan baik, beberapa dotcom Indonesia ternyata bisa survive dan terus berkiprah dengan baik. detik.com dan kompas. com merupakan contoh sukses bagi banyak dotcommers Indonesia. Media online memang menjadi primadona model dotcommers yang sukses di banyak negara.
Tentunya masih banyak dotcommers yang juga bisa survive di Indonesia dengan fokus usaha yang tajam. Indosatcom www.dagang2000.com bekerja sama dengan www.meetchina.com memfokuskan pada fasilitasi perdagangan elektronik B2B (bukan B2C seperti kebanyakan dotcommers). Pola hybrid antara perdagangan secara riil atau fisik disatukan dengan dunia cyber menjadikan konvergensi dagang yang sempurna.
LippoShop.com berbeda dengan dagang2000.com, mereka memfokuskan lebih kepada B2C dengan start awal captive market Lippo yang sudah ada. Parapak, salah seorang Komisaris LippoNet mengakui pola hybrid juga dilakukan yang ternyata menunjukkan bahwa sekitar 90 persen transaksi melalui metoda konvensional bukan Internet.
APEC pada saat ini sangat aktif menginternetisasi negara APEC. E-commerce adalah salah satu yang paling gencar dengan adanya APEC High Level Symposium on E-Commerce and Paperless Trading di Beijing 9-10 Februari 2001.
Komunitas yang fokus menjadi karakter utama model bisnis dotcommers sukses. RadioClick.com bermitra dengan stasiun radio swasta di berbagai kota dan menggarap komunitas di radio tersebut. Pemberdayaan keberadaan komunitas menjadikan usaha win-win antara dotcommers dengan komunitasnya.
Natnit.net menggarap komunitas warnet di seluruh Indonesia, melalui majalahnya interaksi dilakukan. Data lengkap 1200+ warnet yang bertambah empat-10 warnet setiap hari dapat dilihat di Natnit.net.
IndoExchange.com salah satu portal tertua Indonesia contoh sebuah dotcom yang fokus pada masyarakat industri finansial/ bursa. Informasi keuangan, berita bisnis, index saham, dan portfolio berbagai perusahaan menjadi secara transparan sehingga menarik pemain bursa berlangganan ke IndoExchange.com. Bagi para traveller, wisatawan akan sangat terpikat pada BaliOnLine indo.com. Mereka contoh beberapa dotcommers Indonesia yang sukses berkiprah di komunitasnya.
Keberhasilan para dotcommers menarik banyak usaha pendukungnya. Internet Data Center (biz.net.id) membuka peluang untuk menyimpan data dalam jumlah besar dan murah di Internet. Usaha mendata dotcommers dilakukan oleh beberapa portal seperti indopage. com, searchindonesia.com dan bluebookdirectory.com.
Keahlian Web programmer dan teknisi jaringan Internet amat dicari. Memang kebanyakan ilmu Internet dapat dipelajari sendiri di Internet melalui mailing list, web, manual perangkat lunak. Sialnya, kesempatan itu masih sangat terbatas bagi dua juta orang Indonesia saja. Dukungan berbagai media cetak, seperti Chip, Infokomputer, NeoTek, PCPlus, DotCom, DotNet, dan lain-lain sangat bermanfaat.
Alangkah baiknya inisiatif seperti SMK plus TI (smk-ti@yahoogroups.com) yang dimotori Dikmenjur dapat dikembangkan ke jenjang sekolah lainnya baik SMP dan SMU. Sekolah Tinggi Informatika (STMIK dan lain-lain) tampaknya menjadi tumpuan untuk pasokan SDM TI. Mereka sering kali lebih siap pakai dibandingkan PTN untuk memasok kelangkaan tenaga TI yang banyak diisi orang asing khususnya India.
Telepon Internet
Harus kita akui bahwa sebagian besar rakyat Indonesia masih berpendidikan rendah. Dalam kondisi masyarakat demikian, komunikasi verbal (suara) menjadi sangat dominan dibandingkan dengan komunikasi tertulis.
Teknologi Internet telepon (VoIP) diakui dapat mereduksi tarif SLJJ dan SLI menjadi 1/8 sampai dengan 1/10 dari tarif telekomunikasi yang ada sekarang. Internet Telepon menjadi solusi alternatif yang sangat menarik bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang tidak mampu membayar tarif SLJJ dan SLI yang mahal.
Alhamdullillah, tampaknya ada kesepakatan persepsi bahwa Telepon Internet (VoIP) melalui komputer tidak memerlukan izin. Sedang, jasa VoIP komersial melalui jaringan telepon Telkom tetap harus memohon izin lisensi dari Postel.
Yang termasuk dibebaskan dari izin adalah VoIP melalui komputer yang tersambung ke Internet, komputer di warnet, komputer di kompleks perkantoran, bahkan jika kreatif dan dikembangkan terus bukan mustahil akan dapat berkembang menjadi Internet telepon untuk RT/RW-net, kecamatan, dan sebagainya, karena teknologi-nya sangat memungkinkan untuk dikembangkan dengan sangat murah dengan investasi 100 dollar AS per saluran lebih murah dari Telkom yang 1.000 dollar AS per saluran.
Umumnya komputer multimedia dengan soundcard siap untuk Internet telepon yang sah dan tanpa perlu izin. Untuk memperbaiki kualitas suara, biasanya ditambahkan peralatan pemroses sinyal (Digital Signal Processing-DSP) berupa kartu antarmuka atau alat tambahan.
Kartu atau alat tambahan ini berkisar antara 50 dollar AS-99 dollar AS per buah. Yang paling murah adalah VoIP blaster dari Creative http://www.creative. com yang dapat dihubungkan ke kanal USB di PC. Review berbagai peralatan VoIP ada di http://www.pulver.com/gateway/.
Akhirnya, TI seperti juga teknologi lainnya, hanya merupakan alat bantu manusia untuk mencapai tujuan. Manusia dengan kekuatan otaknya yang akan menentukan kesejahteraan bangsa ini, pendidikan menjadi kunci utamanya, bukan kekuasaan atau kekuatan.
* Onno W Purbo, penulis teknologi informasi independen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar