Senin, 22 Desember 2008

Adu Cepat Membuka Akses ke Daerah Terpencil

021208 Adu Cepat Membuka Akses ke Daerah Terpencil

towerTak terasa proses tender pengadaan telepon pedesaan atau lebih dikenal dengan nama Universal Service Obligation (USO) telah memasuki tahapan Aanweijzing (penjelasan dokumen tender) pada Jumat (28/11) lalu. Beberapa operator yang lolos hingga tahapan tersebut diantaranya Telkomsel, Telkom, Indosat, CSM, dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia .

Namun, belum lagi tender USO menentukan pemenangnya, beberapa peserta atau bukan peserta telah unjuk diri kepada pemerintah menunjukkan komitmennya membuka akses telekomunikasi ke daerah terpencil.

Beberapa operator yang pantas disebutkan adalah Telkom, Telkomsel, Indosat, dan XL. Telkom selama satu bulan ini lebih fokus membuka akses telekomunikasi untuk wilayah pulau-pulau terluar di Sumatera.

Di bawah komando Kadivre I, Muhammad Awaluddin, Telkom pada bulan ini saja berhasil memerdekakan dua pulau terluar di wilayah Sumatera. Pulau-pulau tersebut adalah Berhala dan Rondo. Di kedua pulau tersebut layanan telekomunikasi yang diberikan lumayan lengkap yakni akses telepon, faksimili, dan internet.

“Kami mengandalkan layanan nirkabel TelkomFlexi untuk membuka akses telekomunikasi di wilayah terluar. Ini untuk membuktikan pada publik Flexi tidak hanya sibuk melayani masyarakat perkotaan tetapi juga desa-desa,” kata Awaluddin di Jakarta, belum lama ini.

Jika induk usahanya mengandalkan Flexi, maka Telkomsel mengusung teknologi GSM berbasis Internet Protocol (GSM IP based) untuk membuka akses wilayah terpencil. Telkomsel sepertinya lebih focus pada kawasan timur Indonesia (KTI) dan kapal-kapal penumpang yang berlayar ke kawasan tersebut.

“Yang mahal cuma untuk penyewaan satelit jika membuka akses telekomunikasi di wilayah terpencil. Tetapi jika masih ada backbone di sekitarnya, itu lebih murah,” ujar Direktur Niaga Telkomsel Leong Shin Loong.

Senada dengan Telkomsel, Indosat pun sepertinya lebih senang menunjukkan taringnya di KTI. Terbukti pada minggu lalu operator tersebut meresmikan base transceiver station (BTS) di Desa Lemo, Muara Teweh, Kalimantan Tengah. Selain Desa Lemo, Indosat juga sudah hadir di 4 wilayah lain di Muara Teweh dimana tidak ada operator seluler lain yang hadir, yaitu wilayah Tampa, Batua Sibung, Butong, dan Rimba Sari

“Kami merupakan operator seluler pertama yang hadir di wilayah Desa Lemo. Sebagai operator kami tetap konsen membangun wilayah terpencil,” tegas Direktur Regional Sales Indosat Syakieb A. Sungkar.

Pernyataan Syakieb sepertinya ingin menepis anggapan banyak orang jika Indosat yang sahamnya sekarang dikuasai oleh asing tidak lagi peduli dengan wilayah terpencil. Hal yang sama juga ingin ditunjukkan oleh XL dimana 95 persen sahamnya dikuasai oleh asing.

XL belum lama ini menghadirkannya di Muara Sipongi yang merupakan perbatasan antara Sumatera Utara dan Sumatera Barat, serta Papua.

Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar menyambut menyambut positif inisiatif setiap operator mempercepat pembukaan akses telekomunikasi daerah-daerah terpencil karena sesuai dengan program pemerintah.

“Strategi dari operator inilah yang membuat jumlah desa kategori USO menyusut dari 38.471 menjadi 31.824 desa di 32 provinsi,” katanya.

Basuki menegaskan, meskipun operator berlomba membuka akses ke daerah terpencil tetapi tidak akan meluluhkan hati pemerintah untuk memberikan “gula-gula” USO bagi mereka. Gula-gula yang dimaksud apalagi kalau bukan spectrum frekuensi 2,3 Ghz untuk penyelenggaraan Wimax.

“Saya memang mendengar Telkom meminta diberikan insentif atas apa yang mereka lakukan selama ini. Tetapi itu tidak berlaku jika bukan pemenang tender USO,” tegasnya.

Basuki pun menegaskan, untuk mencegah terjadinya monopoli dalam pengerjaan USO, Telkom dan Telkomsel dilarang untuk ikut dalam satu paket pengerjaan. “Mereka tidak boleh bidding di paket yang sama. Ini untuk mengantisipasi terjadinya monopoli,” tandasnya.

Telkom grup sendiri berpeluang besar akan menjadi pemenang utama dari tender USO jika melihat komposisi persaingan memperebutkan paket pengerjaan. Pasalnya, proses lelang hanya dilakukan untuk wilayah gemuk alias Pulau Jawa. Sedangkan wilayah lainnya besar terjadi pemilihan langsung atau penunjukkan langsung. Hal ini karena tidak ada peserta yang lolos prakualifikasi tahap II.

Sekjen Indonesia Telecommunication Users Group (IDTUG) Muhammad Jumadi Idris menambahkan, operator dalam mengembangkan sayapnya tidak hanya memikirkan keuntungan sesaat. ”Akses telekomunikasi adalah kebutuhan pokok manusia. Bangunlah infrastruktur yang banyak tanpa harus memikirkan pamrihnya,” tuturnya.

Jumadi meminta, pemerintah tidak perlu memberikan kompensasi terkait pembangunan infrastruktur operator yang bersinggungan dengan wilayah USO. ”Sudah menjadi kewajiban dari operator untuk membangun jaringan. Kalau berdekatan atau termasuk wilayah USO jangan minta kompensasi, dong. Itu namanya tidak ikhlas,” tegasnya.

Jumadi melihat, agresifnya operator yang menjadi peserta tender USO membuka akses telekomunikasi ke wilayah terpencil juga sebagai bagian dari strategi memenangkan tender tersebut.

”Ini kan namanya mencari simpati dan psy war ke pesaing. Sementara bagi yang bukan peserta tender, apalagi kalau bukan mencari citra positif di masyarakat. Bagaimanapun, para operator ini adalah organisasi profit, tidak ada makan siang yang gratis dalam kamus mereka,” tegasnya.[doni ismanto]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar